Wednesday, January 8, 2014

Menyusuri Sungai Kahayan

Beberapa waktu yang lalu,tepatnya akhir tahun 2013 kemarin, saya, si ayah dan Akmal  janjian untuk naik perahu klotok di sungai Kahayan dengan Imam Maksum, teman seangkatan kuliah yang kebetulan tinggal di Palangkaraya. Ide awalnya dari istrinya Imam yang katanya lagi pengen suasana baru dengan berklotok ria. Maka jadilah bersama putri mereka, Rara, kami ber-enam tiba di bawah jembatan Kahayan  pada pukul 7 pagi  menunggu klotok wisata datang berlabuh. Perahu klotok yang kami tumpangi memang khusus melayani wisata susur sungai Kahayan. Dengan ukuran sedang, klotok tersebut bisa menampung kurang lebih 10 penumpang. Jika penumpang penuh, bisa melakukan perjalanan sampai 3 jam menjelajahi sungai Kahayan, tetapi karena kami hanya terdiri dari 5 orang dewasa, termasuk juru mudi, dan 2 orang balita, kami hanya bisa menyusuri rute yang tidak terlalu jauh hanya sekitar 1 jam saja perjalanan bolak-balik. Lagipula sepertinya akan melelahkan untuk anak-anak kalau perjalanannya selama itu.

pagi-pagi sudah nongkrong dibawah jembatan Kahayan, demi naek klotok....
para lelaki sedang nego harga..:)
ibu-ibu dan anak-anak berfoto dahulu sebelum berangkat..:)
Setengah jam perjalanan kami membelah sungai Kahayan yang sudah mulai tinggi debit airnya semenjak memasuki musim penghujan. Pengalaman naik klotok kali ini sedikit lebih menegangkan karena faktor kapal yang mudah terombang-ambing, sembari membawa anak balita, ditengah sungai berarus dan luas:)  Syukur alhamdulillah, Akmal anteng saja duduk merapat disamping saya, hanya si Ayah yang duduk di bangku paling belakang sesekali membuat kapal oleng ke kiri dan ke kanan setiap kali menggeser badan ke sisi perahu, hehehe.....
Di tepian sungai kami menjumpai penambang pasir sungai juga beberapa ekor burung berwarna cantik, ada yang biru, merah, kuning, dan oranye yang sayang sekali tidak sempat saya abadikan dengan kamera karena lajunya perahu . Adapula pokok-pokok rotan yang memang tumbuh subur di tanah Kalimantan. Sesekali perahu klotok yang kami tumpangi berselisihan dengan perahu klotok nelayan pencari ikan dan warga bantaran sungai. yang sedang beraktifitas. O ya, seperti lalu lintas didarat, lalu lintas sungai pun memiliki rambu-rambu lalu lintasnya sendiri lho..^^  Lalu lintas dan aktivitas di sungai Kahayan tidaklah seramai aktifitas sungai di Banjarmasin-Kalimantan Selatan atau Sampit-Kalimantan Tengah, yang memang lebih ramai dengan perdagangan dan tambang yang masih mengandalkan arus sungai sebagai sarana pengangkutan.
penambang pasir sungai
rambu-rambu lalu lintas di sungai Kahayan



perahu klotok para nelayan

menyusuri sungai Kahayan yang luas dan sedang tinggi airnya...:)
Di pengujung perjalanan kami tiba di pertemuan dua arus sungai yaitu sungai kahayan dan sungai Rungan. Jika dilihat dengan mata telanjang atau dari atas akan tampak perbedaan warna air pada pertemuan kedua arus tersebut. Dari arah sungai Rungan airnya berwana kehijauan sedangkan dari sungai Kahayan berwarna coklat susu. Meskipun merupakan hal alami, tapi tetap saja menarik untuk dilihat dan dirasakan sendiri  terutama bagi kami :)
Sebenarnya ada  jenis perahu untuk wisata susur sungai yang ditawarkan di sungai Kahayan. Selain perahu klotok yang kami tumpangi, ada perahu yang lebih besar dengan penawaran harga dan rute perjalanan yang lebih mahal. Saya berharap lain waktu bisa menjajal jenis perahu yang lebih besar dengan rute perjalanan yang lebih lengkap untuk menikmati keindahan Kalimantan Tengah lewat suku Dayak, orang utan dan ekosistem yang alami di pedalaman..:)

Perahu yang lebih besar sedang berlabuh..

foto lagi deh begitu turun dari perahu..:)
Nah, untuk petualangan berikutnya kemana lagi ya enaknya..?:)

Biaya perjalanan kali ini:
sewa perahu klotok 1 jam pulang-pergi: Rp250.000,-
gorengan dan kue bekal dijalan: semampunya, sekenyangnya..:)
sarapan soto dan mie: gratis, ditraktir sih...hehehe