Di suatu pagi pada liburan akhir tahun yang lalu, Saya, si Ayah dan Akmal mendadak ingin piknik ke tempat yang baru di kota palangkaraya. Dari beberapa pilihan (yang tidak banyak...:p), akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Bukit Batu Tangkiling yang cukup ditempuh dalam waktu satu jam saja dari tempat tinggal kami di Tjilik Riwut km 3.
Masih dengan transportasi roda dua, berangkatlah kami dengan kecepatan santai menuju kawasan Bukit Batu Tangkiling. Rupanya kawasan ini juga merupakan tempat peribadahan umat Hindu yang bermukim di sekitar Tangkiling. O ya, hari itu juga bertepatan dengan hari raya Kuningan,jadi sesekali kami berpapasan dengan rombongan umat hindu yang pulang dari persembahyangannya di atas bukit.
Untuk memasuki kawasan Bukit Batu tangkiling kami dikenai tiket masuk yang sudah termasuk biaya parkir, sayangnya Saya lupa berapa tepatnya harga tiketnya, tapi tidak mahal menurut saya. Di dekat pintu masuk ada dua buah toilet yang cukup bersih yang disediakan pengelola. Sebaiknya lakukan keperluangan pembuangan sebelum mendaki bukit karena sepengetahuan saya tidak ada lagi toilet disepanjang perjalanan nanti^^ Ketika memasuki jalan setapak buatan menuju tangga menuju atas bukit, kami disambut gemericik air yang berasal dari aliran kali kecil yang airnya sangat jernih. Berhubung beberapa tahun ini saya tinggal di permukiman di kalimantan yang setiap hari hanya menjumpai air sungai berwarna hitam (karena akar pohon) atau hitam air rawa , saya jadi terkesan dengan kejernihan air di kawasan ini, maka tidaklah mengherankan jika sebagian usaha air isi ulang di Palangkaraya meng"impor" air bersih dari daerah Tangkiling. Saya jadi teringat kota Barabai - Hulu Sungai Tengah di Kalimantan Selatan tempat si Ayah dinas pertama kali di pulau ini, Tempat tinggal kami dulu ada di daerah yang agak tinggi jadi sering berjalan-jalan ke obyek-obyek wisata sekitar yang lebih banyak ada di daerah yang lebih tinggi dengan air yang masih jernih.
Sekitar 50 meter dari pintu masuk, kami sampai di sebuah undak-undakan bertanda panah yang memberitahukan arah menuju bukit. Tidak lupa berdoa sebelumnya, mulailah kami bertiga, yang jarang sekali olah raga ini, mulai mendaki satu demi satu anak tangga dengan semangat 45. Anak tangga tersebut hanya sampai di separuh perjalanan saja, sisanya perjalanan harus ditempuh melalui jalan setapak yang sedikit terjal dan melelahkan :D Tapi jangan khawatir, ada beberapa warung yang menjual minuman, gorengan maupun mie instan di setiap tikungan terjal itu, jadi saat nafas sudah tersengal-sengal setelah mendaki silakan numpang duduk (dan biar lebih sopan sekalian beli air minum) di warung-warung tersebut, seperti yang saya lakukan...hehehehe. Hebatnya, Akmal anak saya yang berusia 4 tahunan semangat sekali mendaki bukit ini, padahal entah berapa kali ia jatuh terduduk terpeleset jalan setapak yang menanjak. Ternyata anak-anak lebih kuat daya tahan tubuhnya dibandingkan orang dewasa (maksudnya saya dan si ayah....hehehe).
Sesampainya diatas bukit kami jumpai beberapa warung tenda lagi dengan menu jualan yang sama, aneka air botolan,camilan, dan mie instan. Sembari melepas lelah kami lalu berhenti di salah satu warung di bawah batu besar dan memesan mie goreng non cup. Ternyata yang namanya mie goreng disitu adalah mie instan goreng yang setelah bumbunya dikeluarkan, air panas diisikan kedalam kemasan plastik berikut mie keringnya, lalu di jepit beberapa menit sampai mienya melunak (sedikit..) baru disajikan dalam piring bersama bumbunya >_<. Tidak perlu tanya rasanya kan karena pasti sudah bisa dibayangkan sendiri...hehehe, kalau tahu begitu tadi pesan mie cup ABC saja sekalian...:p
Kami menghabiskan hampir satu jam diatas bukit untuk berfoto-foto narsis sambil menikmati pemandangan dari atas bukit yang indah. Cuaca saat itu cerah sedikit berawan mendung di kejauhan, jadi kami tidak berlama-lama lagi setelah puas beristirahat di atas bukit. Tampaknya itu bukan kali terakhir kami berkunjung ke Bukit Tangkiling karena Akmal senang sekali mendaki bukit dan masih sering meminta untuk pergi berkunjung lagi kesana ^^.
Plus-nya:
-Tempatnya teduh,
-Tidak banyak dijumpai sampah berserakan
-Toilet lumayan bersih
-Tiket terjangkau, sesuai dengan yang tertera di karcis
-Banyak gazebo setelah pintu masuk yang bisa digunakan untuk istirahat
-Air di sungai kecil bersih sepertinya asyik untuk bermain air dengan anak-anak
Minus-nya:
-Akses tangga tidak sampai puncak bukit, jadi kurang aman dan rawan terpeleset lumpur
-Sampah diatas bukit justru banyak saat itu, katanya baru ada acara dari sebuah instansi beberapa hari sebelumnya
-Tidak ada area bermain anak-anak
-Toilet hanya ada di pintu masuk kawasan